Manfaatkan hambatan perdagangan untuk mengerem banjirnya produk dan jasa asing, dan juga menciptakan sumber daya pengusaha yang kompeten melalui pendidikan dan pelatihan adalah dua strategi diantaranya dalam menghadapi MEA 2015.
Sejumlah pakar dan pengamat ekonomi optimistis bahwa Indonesia mampu menghadapi Masyarakat ekonomi Asean (ASEAN Economic Community)
mulai 2015 yang ditandai peluncuran buku “Perdagangan Bebas Dalam
Perspektif Hukum Perdagangan Internasional” yang ditulis oleh Serian
Wijatno dan Dr Ariawan Gunadi, SH, MH.
Dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa,
Serian dan Dr Ariawan mengungkapkan bahwa Indonesia dapat menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan strateginya sebagai berikut: (a)
Manfaatkan hambatan perdagangan untuk mengerem banjirnya produk dan jasa
asing (b) Ciptakan sumber daya pengusaha yang kompeten melalui
pendidikan dan pelatihan (c) Bentuklah forum sengketa perjanjian
perdagangan bebas dengan prosedur yang sederhana dan jelas sehingga
kepastian hukum.
Serian dan Dr Ariawan dalam buku
tersebut kemudian bertutur bahwa Indonesia dapat mengelola potensi
perdagangan bebas dengan baik jika pemerintah mampu menyajikan kepastian
hukum, birokrasi yang sederhana dan sumber daya manusia yang memadai.
Kedua penulis buku berpendapat bahwa
sasaran perdagangan bebas adalah “Free Trade dan Fair Trade” karena
akibat jangka pendek dari perjanjian bebas selama ini sudah menggerus
peluang kerja di sektor industri pada kerja maupun pendapatan dari
sektor bea yang hilang akibat produk impor yang masuk ke Indonesia.
Keduanya menyatakan yakin Indonesia
mampu memanfaatkan “Grand Design Strategy” dari China, Australia,
Belanda dan Amerika Serikat melalui penerapan aturan dagang yang
konsisten dan berimbang.
Indonesia sebagai salah satu pusat
ekonomi di Asia Tenggara memiliki pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Data
dari Bank Dunia tahun 2013 mencatat pertumbuhan GDP Indonesia pada
tahun 2013 mencapai 5,8 persen dan pendapatan nasional bruto Indonesia
tumbuh dari 2.200 dolar AS pada tahun 2000 menjadi 3.563 dolar AS pada
tahun 2013.
Indonesia juga mampu menurunkan tingkat
utang ke rasio GDP dari 61 persen pada tahun 2003 menjadi 24 persen pada
tahun 2012, sehingga Bank Dunia menilai positif prestasi Indonesia di
bidang kestabilan makro ekonomi.
Permasalahannya kemudian timbul pada
tantangan perdagangan bebas, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia sebagai negara anggota ASEAN akan menghadapi pemberlakuan
ASEAN Economic Community. Namun Pemerintah belum mengadakan forum
diskusi mengenai hal ini untuk meminta opini kepada masyarakat, kalangan
Pengusaha ataupun Akademisi.
Tidak tertutup kemungkinan jika
Masyarakat Ekonomi ASEAN nanti memang berlaku, pasar Indonesia akan
kelimpungan menghadapi arus masuk produk dan jasa asing karena perangkat
hukum maupun kebijakan ekonomi belum ada ataupun belum siap menghadapi
kecanggihan mekanisme perdagangan bebas.
Serian Wijatno adalah seorang
profesional perbankan dan tokoh pendidikan tinggi terkemuka yang
dimiliki Indonesia. Peraih gelar Magister di bidang Bisnis dan Manajemen
dari Universitas Indonesia ini sukses sebagai pimpinan di berbagai
institusi yang dipimpinnya. Sukses memimpin saat menjadi Presiden
Direktur pada institusi perbankan maupun institusi pembiayaan berskala
Internasional dan pendiri beberapa rumah sakit.
Saat ini ia menekuni profesi sebagai Direktur Eksekutif Akademik di Universitas Podomoro dengan membidik penciptaan generasi scholar-entrepreneur muda Indonesia.
Sementara itu sang rekan, Dr. Ariawan Gunadi, SH, MH selain sebagai penulis juga mendukung sentuhan hukum dari buku tersebut.
Peraih Doktor Ilmu Hukum termuda dari
Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2012 ini berprofesi sebagai Dosen
Hukum Bisnis dan duduk di jajaran Pengurus Yayasan Tarumanagara sebagai
Sekretaris Pengurus dengan tanggung jawab meliputi pengelolaan
Universitas Tarumanagara dan RS Royal Taruma. (Antara)
Sumber:www.blog.indotrading.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar