
Tapi, data menunjukkan fakta mengejutkan. Kajian kolaboratif dari Internet Society dan firma konsultan TRPC membeberkan bahwa penetrasi internet di kedua negara masih jauh tertinggal dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. "Kedua negara (Indonesia dan Thailand) berada pada kelompok negara dengan penetrasi internet rendah. Ini jauh dari ekspektasi awal kami," kata perwakilan Internet Society dan TRPC, sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal dan dihimpun KompasTekno, Minggu (29/3/2015).
Dalam
pengkajian ini, dibuat 3 tipologi penetrasi internet untuk
negara-negara di regional Asia Tenggara. Kelompok pertama berisi
negara-negara yang populasi pengguna internetnya lebih dari 60 persen.
Mereka adalah Singapura (73 persen), Malaysia (67 persen), dan Brunei
(65 persen).
Menyusul kelompok kedua, yakni yang anggotanya
adalah negara-negara dengan populasi pengguna internet antara 25 hingga
50 persen. Di antaranya adalah Vietnam (44 persen), Filipina (37
persen), dan Thailand (29 persen).
Sedangkan kelompok ketiga atau
kelompok "terbelakang" adalah negara-negara yang populasi pengguna
internetnya di bawah 25 persen. Mereka adalah Indonesia (16 persen),
Laos (13 persen), Kamboja (6 persen), dan Myanmar (1 persen).
Direktur
Internet Society untuk Asia Pasifik Rajnesh Singh mengatakan,
infrastruktur dan biaya akses internet tiap negara sangat menentukan
peringkat penetrasi internet.
Dalam hal ini, Indonesia dinilai
sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya terus menanjak. Selain itu,
jumlah kelas menengahnya juga dilaporkan semakin masif. Namun, ada
ketimpangan yang signifikan antar kelas sosial di Indonesia.
Kasarnya,
jarak antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah di Indonesia terpaut
jauh. Sehingga, akses internet selama ini bisa dikatakan hanya
dinikmati masyarakat kelas menengah ke atas di kota-kota besar. Hal yang
sama disinyalir terjadi di Thailand.
Walau begitu, Internet
Society meramalkan penetrasi internet di kedua negara bakal melambung
tinggi di tahun-tahun ke depan. Ini ditandai dengan gencarnya ekspansi
vendor smartphone yang menelurkan perangkat murah di dua negara
berkembang tersebut.
Hal ini bisa membantu masyarakat kelas bawah untuk turut memiliki smartphone.
Dengan begitu, mereka pun bisa mengakses internet, mengingat di zaman
sekarang akses internet paling banyak dilakukan secara mobile lewat
perangkat pintar.
"Cara paling mudah untuk meningkatkan peringkat
penetrasi adalah dengan mengakomodir akses internet mobile lewat
smartphone," kata Singh.
Selain perangkat murah, menurut Internet Society, upaya lain juga harus dilakukan. Antara lain, wireless network harus diperkuat, biaya mobile data harus dipermurah, serta promosi tentang penggunaan internet harus lebih digenjot.
Pemerintah
Indonesia sebelumnya telah berikrar bakal mengucurkan dana jutaan
dollar untuk mengembangkan infrastruktur akses internet dalam upaya
pertumbuhan ekonomi. Dikabarkan, tahun ini 40 persen ponsel di Indonesia
adalah smartphone.
Sumber:www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar