Kamis, 02 April 2015

Memotret Anak-anak: Fokus pada Bahasa Mata

Tantangan terbesar membuat seri portrait anak kecil -- apalagi masih Taman Kanak-kanak (TK) yang bukan model profesional yakni bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Maklum, anak-anak mempunyai kebiasaaan dan bahasanya masing-masing. Bila komunikasi lancar, maka konsep dan ide cerita mampu tertata apik dalam bahasa visual yang menarik. Komposisi yang dihasilkan juga enak dilihat. Mau 1 atau 10 anak-anak, tidak akan ada masalah jika sang fotografer dapat menjadi bagian dari mereka.

Berikut resep sederhana menghasilkan seri portrait anak-anak yang atraktif:

Pertama, komunikasikan dengan orangtua mereka secara nyaman. Ungkapkan ekspektasi Anda, keinginan dan konsep foto yang akan Anda hasilkan. Diharapkan, orangtuanya mampu membahasakan dalam narasi yang paling bisa dipahami dengan anak-anak tersebut, baik sebelum maupun saat sesi pemotretan.

Kedua, lakukan pendekatan dengan anak-anak yang akan menjadi aktor utama. Bisa dengan mengajak mengobrol atau sekadar berkenalan dan menanyakan kebiasaan mereka. Sedikit sok tau dan sok akrab tidak ada salahnya. Pastikan menjadi bagian dari mereka yang bisa diajak bermain sehingga sangat membantu saat pemotretan.

Tidak ada salahnya meminta bantuan satu atau dua orang pengarah gaya. Setidaknya yang akan menjembatani bila ada kesulitan komunikasi saat pemotretan. Maklum, anak-anak akan lebih menurut bila ditemani orang yang sudah dikenal akrab.


Ketiga, kalau diperlukan properti atau kostum pendukung, lakukanlah. Kostum mampu memberi narasi yang kuat. Begitu juga dengan properti dan teknik pencahayaan. Usahakan semuanya merupakan satu kesatuan yang mendukung ide cerita.

Keempat, fokuslah pada bahasa mata. Kenapa? Karena kekuatan mata mampu mengalahkan segalanya. Ungkapan umum yang menyatakan mata adalah jendela hati yang paling jujur bisa menjadi alasan paling rasional.

Kalau sudah mendapatkan tatapan anak-anak ini dengan monumental, barulah bisa bermain dengan gesture/bahasa tubuh. Kemudian bisa dibumbui dengan ekpresi si kecil, mimik dan tingkah laku mereka yang spontan dan polos.

Kelima, improvisasi dan kecepatan melihat karakter wajah si anak. Apakah harus bergaya gokil ataukah serius. Maklum, tiap anak-anak punya karakternya sendiri-sendiri. Memaksakan gaya dan pose membuat anak-anak tertekan dan tidak bisa tampil lepas.

Biarkan mereka tampil dengan keunikan dan kepribadiannya masing-masing. Tidak perlu disama-samakan dengan teman atau artis yang biasa tampil di televisi.

Selebihnya, jangan juga terpaku pada satu atau dua teknik lighting maupun pose. Eksplore dengan cepat, berpikir kilat dan mengubah-ubah angle dan komposisi secara refleks. Tentu, semua dilakukan dalam teknik dan komposisi fotografi yang menarik.

Sumber: www.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar